Resep Masakan Daerah


                 GUDEG  ASLI  JOGYA  56


Bahan :

•   1  butir kelapa besar  ( ½ kg kelapa parut )
•   5  lembar sedang  daun jati
•   ½  ayam sedang atau tetelan daging sapi
•   5  butir telur ayam ( sesuai selera )
•   1  buah sedang nangka muda

Bumbu :

•   3  biji bawang merah
•   5  siung bawang putih
•   1  sendok teh ketumbar
•   6  butir kemiri
•   2  potong laos
•   1
  potong sedang terasi
•   5  lembar daun salam
•   1  sendok makan garam
•   3  sendok makan gula merah dan 

     penyedap rasa ( bila kurang manis
     dan dianggap perlu, tambahkan
     lagi 3 sendok makan gula pasir ).
 
Cara memasak :

•   Rebus telur dan parut 

     kelapa untuk dijadikan santan.
•   Nangka muda dikupas dan 

     dipotong-potong agak kasar, 
     lalu dicuci bersih.
•   Kemudian direbus bersama 

     daun jati supaya timbul warna 
     merah hingga lunak, lalu tiriskan.
•   Haluskan bumbu, kecuali daun salam 

     dan laos.Masukkan ke dalam panci 
     bersama  santan, potongan ayam 
     dan nangka muda yang telah setengah 
     masak ( daun jati tidak perlu dimasukkan 
     lagi ).
•   Tambahkan daun salam dan laos, rebu 

     terus hingga santan tinggal sedikit 
     ( jangan sampai hangus ).
 •  Terakhir masukkan telur rebus yang 

     telah dikupas, tambahkan santan kental 
     dan rebus sampai santan tinggal sedikit 
     ( pakai api kecil, agar tidak kekeringan 
      / hangus ).

       Selamat mencoba dan menikmati !! .

Teknologi Ramah Lingkungan

                        
                      Bio Pulping

 Fenomena alam bisa menjadi inspirasi bagi peneliti untuk menciptakan teknologi ramah lingkungan baru, biopulping adalah salah satunya. Hal ini dilatar belakangi oleh proses mikro organisme pada proses pelapukan, yang digunakan dalam tingkat industri. Alam sering memberi ide cemerlang bagi kehidupan manusia. Sebut saja proses pelapukan kayu, ranting, daun atau lainnya. Saat bahan-bahan itu melebur, terjadi pembusukan yang membuatnya hancur bersama alam. Tak ada sampah atau limbah. Bila ditelaah lebih detail, proses tersebut dimotori oleh mikroorganisme.  
          Mikroorganisme yang terdiri dari sejumlah mikroba yang membantu proses pelapukan, sehingga sampah alam itu terurai kembali menjadi tanah berupa humus. Hasil kerja mikroorganisma yang sempurna dan tidak menghasilkan polusi tersebut, memberi inspirasi kepada para ilmuwan kita, untuk memanfaatkannya dalam sektor industri. Industri kertas dan pulp terkenal dengan limbahnya yang sulit diatasi.              
           Limbah ini berasal dari bahan kimia seperti caustic soda, soda api, sulfit, khlor, garam-garam sulfida dan larutan kimia lainnya dalam proses penghilangan kandungan lignin. Bahan kimia inilah yang dianggap sebagai sumber pencemaran lingkungan. Proses penggunaan sulfur mencemari udara dan sudah dilarang di sejumlah negara maju seperti Jerman.
           Di Indonesia tidak semua pabrik kertas mempunyai unit pulping, karena disyaratkan harus mempunyai pengolahan limbah yang investasinya lebih dari 20 persen dari nilai investasi. Pengolahan pulp yang ideal adalah biopulping, yakni mengolah pulp dengan menggunakan bantuan mikroba. Manfaat biopulping yang menonjol adalah penghematan energi dan pengurangan pemakaian bahan kimia. Proses pembuatan bubur kayu atau pulp untuk pembuatan kertas, biasa dilakukan dengan memasak serat / serpihan kayu lunak (misalnya pinus), jerami (batang padi) dan ampas tebu; semuanya menggunakan bahan kimia, yang tujuannya untuk memisahkan komponen lignin.

        
    
          
            Dalam biopulping, bahan-bahan kimia tadi digantikan oleh sejenis mikroba yang bisa mengeluarkan enzim dan mendegradasi lignin. Mikroba ini adalah golongan jamur atau fungi pelapuk kayu yang banyak dijumpai di alam bebas. Bahan pemutih kertas yang selama ini menggunakan bahan kimia seperti chlorite dan hydrogen peroksida, dapat digantikan dengan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh fungi pelapuk. Beberapa enzim yang sangat dikenal untuk menguraikan lignin adalah, manganese peroksidase, laccase dan lignin peroksidase.
            Pengembangan biopulping lebih dari satu dasawarsa terakhir, menjadi perhatian di berbagai negara industri karena tehnik ini dianggap sebagai salah satu proses yang ramah lingkungan, bahkan dari sejumlah analisa, biopulping akan bersaing dengan proses konvensional. Dari hasil penelitian oleh seorang ilmuwan LIPI pada tahun1994, bahwa mikroba jenis P. Chrysosporium dapat memperbaiki sifat pulp.
           Ada sedikit kekurangan pada biopulping ini dibanding proses konvensional, yakni dibutuhkan waktu lebih banyak dalam operasionilnya. Tapi dalam uji coba produksi skala pilot di Amerika, tidak ditemukan masalah teknis berarti; karena masalah waktu bisa diatur dengan sistem penjadwalan yang baik. Biopulping ini hanya satu dari sekian banyak manfaat dari proses pelapukan biomassa. Manfaat lainnya antara lain untuk produksi ethanol, yang dapat dipakai sebagai bahan bakar minyak pengganti premium. Ini didapat dari proses fermentai secara simultan, yaitu memecah selulosa menjadi gula dan fermentasi gula menjadi ethanol. Pelapukan juga memberi inspirasi bagi ilmuwan untuk memanfaatkannya sebagai bahan komposit dan pengganti plastik. 
          " Pelapukan pada kayu atau biomassa memberi pengaruh pada mudahnya bahan tersebut dimasuki bahan polimer atau resin, sehingga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi bahan seperti wood plastic composite. Dengan adanya perkembangan teknologi saat ini, maka jamur pelapuk kayu juga bisa digunakan untuk memproduksi plastik dari serat alam.